Aku warnai uban di rambutku
Sebab setiap helainya iri pada rambut hitammu
Darah yang ada dalam nadiku memanggili namamu
Sebab kau curi kemudaan yang mengalir di dalamnya
Kerutan awal di wajahku rindu sentuhan kulitmu
Sebab kau mengingatkan pada kemulusannya
Sekali dalam sehari ingatan di kepalaku mencari-cari wajahmu
Dan rasa riang di hatiku mencari-cari tawamu
Penciuman di hidungku rindu bau rambutmu
Rasa sok bijak di jiwaku rindu menertawai pertanyaan garink-mu
Dan kini aku hanya bisa membaca namamu
Aku baca namamu sebab aku ingin mengenalmu huruf demi huruf
Aku baca namamu sebab kini kau hanya:
Sejumput kata
Sebait masa lampau
Separagraf kenangan
Kata yang m e m u d a r
Kenangan yang m e n g h i l a n g
Jarak yang m e n j a u h
Ingatan yang menua : : : . . .
….
..
.
Aku baca namamu
Sebab hurufmu tertulis di hatiku
hehehehe
bias….
sungguh sangat reflektif,perpaduan kata yang maknanya begitu berharga. dari sesuatu yang secuil, sederhana, sepele, dan tak tertoleh. tapi aku menemukan sesuatu di sana. dan sesuatu itu adalah apa yang terlalaikan selama ini….makasih atas puisinya, karena secara tidak langsung mengarah pada pribadi saya. terimakasih dan salam kenal.. 🙂
menjauh…
xixixi… cara penulisannya bikin sayah mengerasain kejauhannya.
salam kenal ya mas quin, sayah quinie 😀 tapi ga bisa berbalas puisi 😦
Mas Quin, sibuk terus ya…sampe gak sempet ngurus blog.hehehehe….but it’s nothing.yang penting tetep survive.
very nice
Ah keren deh. What a nice poem, kak quin!
Aku baca namamu sebab kini kau hanya:
Sejumput kata
Ingatan yang menua
aq suka bgian ini maz,,,bgitu menyihir